Sunday 18 July 2010

pada lalu






Baiklah manusia itu punya keterbatasan untuk memiliki tempat dan masa. Ia dikungkung menyeluruh sekaligus dibatasi bagian per bagian oleh ruang dan waktu. Baik, karena keterbatasan itu menjadikan manusia punya masa ruang dalam babak: lalu, kini, dan mendatang. Sekarang saya hidup di babak kini, dengan simpan memori babak lalu, dan harapan di babak mendatang.

Saat ini saya menghirup udara pagi subuh di Utan Kayu, Jakarta Timur. Sembari melayang ke lima tahun silam saat saya injak kaki kali pertama di kampus Unpad, Jatinangor. Saya hanya bisa melayang membawa pikiran dan jejak rasa. Dan saya perlu alat bantu untuk semakin menguatkan memori saya: foto.

Tidak terangkum semua memang kehidupan lalu di foto-foto ini. Namun, setidaknya ia membantu saya mengolah lagi masa lalu itu.