Sunday 12 September 2010

Saudara-saudara, kita harus bertemu


Seorang kawan datang dari Bandung ke Jakarta. Entah sejak kapan. Katanya ia harus menjaga keponakan-keponakannya yang ditinggal para pengasuh yang harus mudik Lebaran. Maka, tercetuslah ide kami untuk berkumpul bersama kawan lainnya. Dengan niat menggebu, sejak pagi tadi saya mengirim sms ke empat kawan. Isinya mengajak bertemu untuk saling berbincang. Berbagi cerita kehidupan yang kami lewatkan berbulan-bulan lamanya.

Mulai jam 9 pagi jari-jari saya sibuk mengetik pesan singkat ke Munthe, Karina, Lusi, dan Intan. Tanggapannya sama, mau saja bertemu. Kecuali Karina yang tidak bisa ikut bertemu lantaran ibunya sakit. Baiklah, satu gugur.

Empat lainnya, termasuk saya, masih saling mengirim sms mengatur waktu dan tempat pertemuan. Waktu dipastikan sore jelang malam. Tempat bertemu tidak jelas. Ini karena posisi kami masing-masing tersebar: Munthe di Kuningan, saya di Kebayoran, Lusi di Utan Kayu, Intan entah di mana. Sampai jam 5 sore belum juga datang kabar kepastian waktu dan tempat. Hmm.. Jangan sampai pertemuan ini gagal, pikir saya. Harap-harap cemas saya nantikan jawaban mereka. Jam 6 sore Lusi tawarkan bertemu di Plaza Semanggi. Sayangnya, tawaran itu tidak cepat ditanggapi kawan lain, juga saya. Munthe bersedia saja datang ke mol di jalan Sudirman itu. Saya juga setuju. Intan belum juga berkabar.

Tak berapa lama, Lusi batalkan pertemuan karena dia harus cepat pulang. Dia harus cepat tidur karena harus masuk kerja jam 6 pagi esok. Ya baiklah, satu lagi gugur. Tinggal saya, Munthe, dan Intan. Kami masih saling kirim pesan menyampaikan posisi masing-masing. Kesepatakannya, bertemu di kawasan Blok M. Kawasan ini kami pilih karena tidak jauh dengan kos saya, rumah Intan, dan rumah opung Munthe. Selama di Jakarta Munthe berdiam di rumah opungnya, menjaga keponakan-keponakannya. Dan, ternyata ada kejutan berikutnya: turun hujan. Ini bukan hujan biasa, melainkan hujan disertai angin kencang dan petir yang terus bersahut-sahutan.

19.30 hujan masih mendera. 20.00 bertambah deras. 20.30 hujan belum juga pulang. Sms mulai berisi nada pesimis untuk bertemu. Dan betullah, pk 21.00 kami sepakat tidak bertemu. Huh, lagi-lagi tidak bisa berbagi cerita dengan kawan-kawan gila itu. Sampai di kos saya nyalakan musik dan tak sengaja melantun lagu Etalase milik Sore.

Semua sahabat yang pernah menghangatkan hidup
Satu persatu, menghilang…
Seiring waktu yang makin lama
Kian menua

Tapi kita coba kenangi semua,
Walau t’lah tiada
Bagai etalase jendela…

Tapi saya tidak mau kawan-kawan konyol itu menghilang dan menjadikan mereka sebagai pajangan di etalase. Secepatnya saya sambar handphone, mengetik pesan dan mengirimnya ke Munthe. Dia kabarkan akan pulang ke Bandung Rabu atau Kamis pekan ini. Saya sampaikan isi pesannya ke Intan sekaligus minta Intan atur pertemuan sebelum Munthe kembali ke Bandung. Harus dan harus kami bertemu. Jadi, tolong ya Intan bocah-bocah itu diatur agar kita bisa bertemu. Rindu kalian…


PS: Lus, maaf ya ente ga ada di foto itu. Tak punya saya foto kita berlima.


Kebayoran Lama