Thursday 4 June 2009

Cuma Cerita Kecil

“Malam masih pagi,” kata saya padanya.
“Baiklah, kita nikmati saja,” katanya.


Kami masuk ke sebuah kedai makanan dan minuman. Duduk di depan meja bulat di pojok ruangan. Lantas, memesan bir 1 botol ukuran kecil untuk berdua. Dan kami mulai bercerita. Kami bercerita berbagai kejadian yang masing-masing telah lewati. Hal-hal kecil yang tidak penting sebenarnya.
Ia bercerita kalau di tempat magangnya banyak orang menyapa dengan kata “cin” atau “say”. “Cin” itu maksudnya cinta, “say” artinya sayang. Kata itu keluar saat baru berkenalan. Malahan belum pernah sama sekali berkenalan. Kok bisa belum berkenalan tapi sudah sayang dan cinta?
Saya bercerita betapa mengantuknya saya jika tidak minum kopi di pagi hari. Kalau pagi tidak sempat mengopi saya menggantinya di siang hari. Ternyata kawan saya teringat dengan pengalaman kawan Bandung. Si kawan Bandung ini suatu kali datang ke Jakarta. Turun naik bus dan berjalan kaki di ibukota pada siang hari membuat dia lelah. Akhirnya dia putuskan masuk ke warung kopi. Di sana dia pesan kopi panas satu gelas. Dengan keringat meleleh disertai hawa yang masih panas kawan Bandung itu menikmati kopinya. Buat kawan Bandung itu tidak ada cerita duduk di warung kopi tidak minum kopi panas. Mau malam atau siang kopi ya harus panas.
Kami tertawa membayangkan segala cerita kecil yang kami bagi. Cuma cerita-cerita kecil yang tiada berarti. Namun, entah mengapa itu membahagiakan sekali buat saya dan dia. Sampai kami tersadar sudah jam 2 pagi. Dan di sudut ruangan terlihat si penjaga kedai duduk mengantuk menunggui kami.



Pejompongan, 1 Juni 2009

2 comments:

  1. mampirlah di warung kopi saya ca.. ehm;p

    ReplyDelete
  2. cuma serita kecil.. tapi kesenangan yg hadir cukup besar.. ya, membesarkan hati, menyenangkan jiwa ini..
    trimakasih untuk kesempatan itu...

    malam malam berikutnya masih menanti...

    -jEff-

    ReplyDelete