Sunday 23 November 2008

hujan belum usai

sudah malam, hujan masih belum juga pulang ke peraduannya.
padahal sudah sedari sore dia bertamu di jendela kamar.
padanya saya katakan saya masih setia mengawani.
dan kami bercakap-cakap tentang kehidupan.
sambil diselingi segelitik tawa kami terus bicara.
tentang kesenangan dan kejenuhan.
perkara keglamoran dan kemelaratan.
soal kesatuan dan keterasingan.
hidup begitu mencurigakan, ujar saya.
hujan diam saja.
saya tutup jendela.
biarkan dia menari di luar sana.

Monday 3 November 2008

Melancong


Dua minggu di Jakarta bikin kepala saya pusing. Macetnya lalu-lintas di ibukota membuat diri ini jengah. Sampai suatu hari saya bisa berada di ketinggian Jakarta menyaksikan riuhnya si kota metropolitan. Saya bisa lihat rentetan rel kereta api di stasiun Gambir sampai gugusan pulau kecil di utara Jakarta. Kanan kiri depan belakang saya saksikan pemukiman penduduk yang tenggelam oleh gedung-gedung menjulang. Inilah Jakarta, sebuah kota hasil gerak sejarah.