Pernah baca novel yang sinopsisnya menarik hati? Membacanya
terburu-buru, pakai nafsu tinggi untuk dapat klimaks? Lantas, melahap ujung
cerita dengan setumpuk fantasi yang ternyata tidak memuaskan hati karena
rupanya jauh dari sinopsis? Itu menyakitkan.
Atau begini. Kelaparan setengah mati dan di depan mata cuma
temukan indomi kuah pakai telur. Makanlah itu, lantas bersyukur karena perut
tak lagi keroncongan dan tidak jadi mati. Tapi, itu cuma sesaat. Setelahnya,
rasa perih muncul dan sedikit pening karena otak dimakan mecin. Pada akhirnya,
itu menyakitkan.
Maka, baiklah saya simpulkan – meski prematur – bahwa segala
sesuatu yang instan dilahap itu menyakitkan di akhir cerita.
Selamat siang untuk segala hal yang instan dan menyakitkan. Mungkin
cerita-cerita seperti itu baiknya dibuang ke tempat sampah. Biar membusuk dan
baunya tidak meruap ke mana-mana.
No comments:
Post a Comment