Tuesday 21 October 2014

Instan

Pernah baca novel yang sinopsisnya menarik hati? Membacanya terburu-buru, pakai nafsu tinggi untuk dapat klimaks? Lantas, melahap ujung cerita dengan setumpuk fantasi yang ternyata tidak memuaskan hati karena rupanya jauh dari sinopsis? Itu menyakitkan.
Atau begini. Kelaparan setengah mati dan di depan mata cuma temukan indomi kuah pakai telur. Makanlah itu, lantas bersyukur karena perut tak lagi keroncongan dan tidak jadi mati. Tapi, itu cuma sesaat. Setelahnya, rasa perih muncul dan sedikit pening karena otak dimakan mecin. Pada akhirnya, itu menyakitkan.
Maka, baiklah saya simpulkan – meski prematur – bahwa segala sesuatu yang instan dilahap itu menyakitkan di akhir cerita.

Selamat siang untuk segala hal yang instan dan menyakitkan. Mungkin cerita-cerita seperti itu baiknya dibuang ke tempat sampah. Biar membusuk dan baunya tidak meruap ke mana-mana. 

No comments:

Post a Comment