Awalnya,
keisengan belaka mendapati tiket promosi Air Asia, maskapai penerbangan yang
kerap kasih harga murah tiket pesawat. Terbang dari Jakarta ke Ho Chi Minh
City, Vietnam harganya Rp475.000. Karina, kawan kuliah saya, mengabari soal
tiket itu. Dia tertarik membeli tiket, melepas sedikit carut-marut Jakarta, dan pesiar di
negeri Paman Ho. Saya juga tertarik.
Namun,
awal dari segala awal ketertarikan kami adalah sejarah negara itu. Dia pernah
menganut Marxisme-Leninisme, menyimpan cerita perang Vietnam, hingga dihampiri militer
Amerika Serikat yang berniat mencegah penyebaran komunisme.
Singkat
kata, tiket promosi itu terbeli. Selanjutnya, kami mencari tiket terbang dari Jakarta ke Ho Chi Minh, juga Hanoi,
dan memesan tempat inap ala backpacker. Yap,
tema perjalanan ini backpacker, duit pas-pasan dan tekad besar. Karina jadi
pahlawan di sini. Dia mencari penginapan di kawasan backpacker, memesan lewat
kartu kreditnya, sampai mencari kartu kredit lain karena batas pemakaian kartu
kreditnya habis. Komunikasi kami soal perjalanan itu via BBM dan satu kali
pertemuan. Selang
hari, tanggal itu datang. 6 Desember kami memulai perjalanan, terbang ke Ho Chi
Minh.
Mobil jip
yang membawa Presiden Duong Van Minh dari Independence Palace
ke Stasiun Radio Saigon. Di sana,
30 April 1975, dia mendeklarasikan penyerahan pemerintahan revolusioner.
|
Pembunuhan
massal di desa My Lai. Foto yang diambil dari The Guardian ini dipajang di Reunification Palace.
|
Patung
berkuda Jenderal Tran Nguyen Han. Letaknya di Distrik 1, tidak jauh dari Pham
Ngu Lao, di seberang pasar Ben Thanh.
|
Reunification Palace |
Ruang
latihan menembak di Reunification
Palace
|
Koleksi
kaki gajah asli di Reunification
Palace
|
Koleksi tanduk, lantai 3 Reunification Palace
|
Reunification Palace
|
Mimbar
Paman Ho di Reunification
Palace
|
Reunification Palace. Kediaman presiden sekaligus
penanda sejarah berakhirnya Perang Vietnam 1975. Banyak ruangan mewah di dalamnya.
|
Semacam
burung garuda, lambang Indonesia
|
yang segar
di pasar Ben Thanh
|
mantaf, bro
ReplyDelete